TANAH KARO
Juli 2019 tengah malam ada pesan masuk “ada tugas ke Berastagi, mau berangkat?”
dalam kondisi ngantuk, jari terbiasa ngetik kata “ok”. Pagi hari cek pesan di HP sambil garuk-garuk kepala karena
belum tahu lokasi yang diperintahkan. Cek mbah google ternyata lokasi di
Kabupaten Karo Sumatera Utara. Karena buta lokasi maka segera cari info di facebook KARO News yang fast response
!
Kabupaten Karo dengan pusat pemerintahan di
Kabanjahe belum memiliki bandara, sehingga pesawat mendarat di bandara Kualanamu
Medan. Wisatawan dapat naik bus Almazar
yang melayani rute bandara Kualanamu – Kabanjahe Kabupaten Karo dengan tarif
sekitar 40 ribu/org, atau kalo ingin menguji adrenalin bisa naik Bus Sinabung Jaya, Murni Express atau Sutra tujuan Medan-Kabanjahe dengan
tarif lebih murah. Hanya saja ke tiga artis balap jalanan tersebut tidak
melalui rute bandara.
Dari bandara Kualanamu ke Kabupaten Karo menempuh
jalur darat sekitar 90 km. Jalannya mulus dan padat karena juga dilalui
kendaraan wisatawan yang akan menuju ke Danau Toba lewat Pelabuhan Ajibata di
Parapat maupun lewat Pangururan. Dalam keadaan normal waktu yang diperlukan
dari Medan-Kabanjahe sekitar 3 jam, tapi kalo naik ke tiga artis sinabung
diatas Cuma butuh waktu 1,5 jam wkwkwk…. Sopir kendaraan yang kita naiki
bercerita kalo kemacetan di jalur ini tidak bisa di prediksi, terkadang bisa
sampai 10-12 jam. “Trus gimana kalo gitu
Bang ?. Tidur …..” jawabnya nyantai…. Penyebabnya bisa karena ada
kecelakaan di jalan, ada kegiatan masyarakat atau saling serobot !!
Banyak pilihan tempat bermalam di Berastagi, tapi
berdasarkan pengalaman ada beberapa kriteria penginapan bagi para backpacker / wisatawan
kantung cekak kayak gue ….:
- Murah harganya,
- Bersih, salah satu caranya dengan melihat
foto tamu hotel di internet, hotel yang sering diinapi tamu bule umumnya
lebih bersih dan higienis karena mereka lebih concern hal tersebut, atau dari revieuw pengunjung situs
pemesanan kamar online.
- Strategis, dekat dengan warung/pujasera/pasar, banyak dilewati angkutan umum, dekat tempat-tempat wisata
Tugu perjuangan berastagi dilihat dari Hotel Mexico
Berdasar diatas maka pilihan jatuh ke Hotel Mexico Resto CoffeRoasting yang berjarak 150 m dari Tugu Perjuangan pusat kota berastagi. Tugu
Perjuangan Berastagi di kelilingi oleh : Tourist
Information Centre, Museum Pusaka Karo, pasar buah dan bunga, TamanMejuah-Juah, ATM, pom bensin, tempat pemberhentian angkutan umum, pertokoan dan
pos polisi. Saat malam di depan hotel penuh dengan kuliner kaki lima, siiipp dahh….
Lontong Gurih
avocado expresso khas Hotel Mexico
Di tempat dengan
ketinggian sekitar 1.300 m dpl ini aktifitas dimulai diatas jam 7 pagi. Menjelang
jam 8 pagi suasana perekonomian mulai menggeliat.
memulai aktifitas pagi dengan secangkir kopi Karo
Untuk transportasi bisa
menggunakan angkutan umum dari jam 7 pagi – 8 malam tarif 4-5 ribu/org dan
menjangkau sampai pelosok . Untuk sewa mobil agak sulit karena jarang yang
menyediakan, untuk sewa sepeda motor lumayan mahal karena harganya 3x lipat
dari sewa di bali, transportasi online juga belum ada, pemilik penginapan mengatakan akan segera menyediakan
penyewaan sepeda angin.
Keesokan pagi
dengan berjalan kaki mengunjungi Museum Pusaka Karo tempat menyimpan
barang-barang pusaka dan peninggalan tanah Karo. Uniknya museum ini bukan milik
pemerintah tapi dikelola oleh jamaah Gereja Katolik Santa Maria dengan
operasional dari donatur, benda-benda koleksi di museum merupakan pinjaman oleh
pemiliknya yang bisa diambil sewaktu-waktu bila diperlukan.
Museum pusaka Karo
Dari Museum Pusaka
Karo berjalan kaki 5 menit ke pasar buah dan bunga serta taman mejuah-juah yang hari itu kebetulan ada penampilan
kesenian tradisional tanah karo. Taman menjuah-juah selain tempat rekreasi juga
terdapat penjual tanaman hias, sentra kuliner terdapat kantor Dinas Pariwisata
Kabupaten Karo.
Pasar buah dan bunga
Pasar buah dan bunga
Pasar bunga dan buah
penjual kuliner di taman menjuah-juah
persewaan kuda di taman mejuah-juah
tarif sewa kuda di taman menjuah-juah
Setelah mendapat
pinjaman kendaraan dari seorang teman, perjalanan dilanjutkan mengunjungi desa adat Lingga yang memiliki ciri khas rumah adat yang dibangun sekitar tahun 1800
an. Dulunya tiap rumah dihuni oleh 8 keluarga atau lebih. Tidak ada sekat antar
keluarga. Tiap keluarga hanya ditandai oleh perapian yang ada di dalam rumah. Tiap
ada keluarga yang memotong hewan maka harus dibagi dengan keluarga lain yang
tinggal dalam satu rumah.
rumah adat Karo
Awalnya ada belasan rumah adat di desa Lingga,
tetapi kini tinggal dua rumah yang ditinggali. Sisanya sudah rusak. Hal
tersebut menurut pengakuan dari penghuni karena tidak ada dana pemeliharaan
dari pemerintah, sehingga hanya mengandalkan dari donasi para pengunjung maupun
mahasiswa yang melakukan penelitian atau kuliah kerja lapangan.
rumah adat Karo
perapian dalam rumah adat Karo
satu perapian untuk satu keluarga
rak penyimpanan diatas perapian
Malam harinya mengunjungi pemandian air panas sidebuk-debuk. Hanya 30 menit dari berastagi. Terdapat puluhan usaha pemandian
dan ratusan kolam air panas di sidebuk-debuk. Pengunjung umumnya datang sore
hingga dini hari dengan tarif masuk sekitar 15 rb/per orang. Sayang kurang
perhatian pada aksesbilitas menuju lokasi yang berpotensi mendatangkan PAD
tersebut. Jalan makadam tanpa lampu PJU bikin ciut nyali pengunjung baru.
Selama
berjalan-jalan disana banyak dijumpai kearifan lokal di tanah karo khususnya
Berastagi. Terutama keamanan. Penduduk di Berastagi sering bercerita tentang
barang mereka yang kadang tertinggal di pasar atau di suatu tempat, dan
dijumpai masih ada hingga besok pagi. Salah satu cara untuk menciptakan hal
tersebut adalah mereka tidak mengucilkan orang yang berbuat kesalahan atau
kejahatan. Orang tersebut selanjutnya akan diberi kepercayaan untuk menjaga
atau mengelola daerah tertentu. Hal tersebut terbukti saat saya memberi uang
pada tukang parkir, mereka menolak dan berkata kalo sudah mendapat uang saku
dari toko / tempat usaha di area parkir mereka bekerja. “ kalo ketahuan sama yang punya toko, saya dimarah pak!.” Jawabnya.
tempat menunggu kendaraan umum
Diatas salah satu contoh kearifan lokal yang bisa diceritakan. Suatu saat ku kan datang untuk waktu yang lebih lama.
karena tujuan akhir sebuah perjalanan adalah kembali ke rumah dengan selamat. Amiin