Halaman

Kamis, 28 Maret 2013

Kelompok belajar dan bermain TANOKER

TANOKER LEDOKOMBO

Indahnya masa kecil di pedesaan mungkin merupakan kerinduan yang tidak bisa didapatkan kembali oleh sebagian besar orang. Belajar bersama teman2 dikebun, bermain dakon, egrang, gobag sodor, bakiak berpasangan, gamelan, bermain lumpur di sawah, mandi di kali sudah dikalahkan oleh permainan video game, game online, bahkan ada cerita seorang ayah kepada anaknya bahwa semasa kecil dia sering mandi di sungai belakang rumah dan sang anak berpikir betapa jorok sang ayah karena suka mandi di selokan bau yang tidak ada airnya........ Tetapi di TANOKER LEDOKOMBO yang terletak di Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember (15 km utara kota Jember) kenangan masa kecil itu masih dapat kita temukan. Berangkat dari keprihatinan DR. Ir. Suporahardjo, M,Si dan sang istri tercinta akan perkembangan dunia anak2 pedesaan yang mulai terpengaruh budaya barat, maka terbentuklah komunitas ini. Dibantu oleh komunitas UJAR (UNEJ Mengajar) setiap hari Minggu jam 8 pagi anak2 desa Ledokombo dan sekitarnya belajar bersama dikebun, dilanjutkan jam 10 pagi dengan permainan kesenian tradisional. Anak2 diberi kebebasan memilih permainan dan kesenian yang diinginkan. Dan puncaknya setiap minggu terakhir jam 2 siang diadakan POLO LUMPUR yang bebas diikuti oleh mahasiswa UJAR, anak2 maupun pengunjung, Bagi yang mau gabung datang aja langsung ke lokasi, tambah rame tambah asyik, untuk informasi lebih jelas add aja facebok tanoker ledokombo. Jangan lupa bawa baju ganti ya mas, mbak........ lokasinya DISINI
hari
Pukul
kegiatan
Senin
15.00 – 17.00
Latihan musik tradisional (jimbe, kentongan)
Rabu
15.00 – 17.00
Latihan musik tradisional (jimbe, kentongan)
Jum’at
15.00 – 17.00
Latihan musik tradisional, permainan tradisional anak
(jimbe, kentongan, egrang bambu, egrang batok, bakiak)
Sabtu
15.00 – 17.00
Latihan musik tradisional, permainan tradisional anak
(jimbe, kentongan, egrang bambu, egrang batok, bakiak)
19.00 – 22.00
Latihan musik tradisional (karawitan, angklung)
Minggu
I, II, III
08.00 – 10.00
Bimbingan belajar di alam
10.00 – 12.00
permainan tradisional anak
(egrang bambu, egrang batok, bakiak)
13.00 – 16.00
Latihan musik tradisional (jimbe, kentongan, angklung)
Minggu IV
08.00 – 10.00
Bimbingan belajar di alam
10.00 – 12.00
Outbound tradisional anak
13.00 – 16.00
Polo lumpur di sawah
Setiap bulan Agustus
Festival egrang

Fasilitas : 12 Guest House
Makanan tradisional : Soto Batok, Bakso Batok, Rujak, Bakso
Obyek Wisata : Air Terjun Antrokan, Handicraft dari debok pisang, rambut jagung, batok kelapa, areal persawahan
Telepon : 0331 – 591472
Website : www.tanoker.org

Senin, 25 Maret 2013

Tradisi masyarakat pendalungan (1) membuat jenang

MEMBUAT JENANG

Budaya pandalungan adalah percampuran antara dua budaya dominan, yakni budaya Jawa dan budaya Madura. Kebudayaan pandalungan meliputi Kabupaten Pasuruan, Probolinggo,
Situbondo, Bondowoso, Jember, dan Lumajang. Salah satu tradisi budaya pandalungan adalah gotong royong, diantaranya tradisi membuat jenang menjelang pesta pernikahan. Tradisi membuat jenang secara gotong royong masih dilakukan oleh kaum wanita di pedesaan sebagai tanda persaudaraan bagi sesama warga. Seperti yang pagi ini Job amati  di Dusun Cupu Desa Kemuninglor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember. Sehari sebelum proses membuat jenang, kaum lelaki gotong royong memasang tenda dari terpal, membuat pagar dari bambu, menyiapkan kayu bakar, menggali tanah untuk tungku serta mengupas kelapa sedangkan kaum wanita  bertugas memarut kelapa. Keesokan paginya kelapa yang sudah diparut diperas untuk diambil santannya. Untuk 1 wajan besar diperlukan sekitar 50 butir kelapa, 8 kg gula jawa dan 10 kg tepung ketan, diaduk selama 4 - 5 jam tanpa henti dengan nyala api kecil. Setelah dirasa cukup kenyal, wajan diangkat untuk didinginkan selama semalam, kemudian dibalik untuk diambil jenangnya. 
mengaduk jenang

mengatur api agar tetap menyala kecil

Tuan rumah menjamin makan dan minum warga wanita selama proses  pembuatan jenang, tidak hanya kaum wanita yang membantu bersama anak - anaknya tetapi juga keluarga di rumah masing-masing, karena otomatis ibu-ibu tidak ada yang memasak di rumah. 
tungku 

sayuran yang ditiriskan

menyiapkan makanan

makan bersama
 Selain itu juga disiapkan sesajen sebelum proses pembuatan jenang, yaitu nampan yang berisi kopi, rokok, 1 butir kelapa, sentir, pisang, bumbu, beras, nasi, gula bubuk dan kelngkapan menginang. Apabila tuan rumah membuat jenang 2 wajan maka juga disiapkan 2 sesajen.
sesajen

Suatu tradisi masyarakat tradisional yang menjadikan tetangga bak saudara....... suatu pelajaran bagi orang modern yang mendewakan  hal praktis tetapi berujung individualis......

Minggu, 24 Maret 2013

dejavu cafe cabe jember




Kemarin Job bertiga dengan teman berkunjung ke DEJAVU CAFE CABE JEMBER yang terletak di Jalan Kalimantan sebelah selatan double way Universitas Jember. Waktu menunjukkan pukul 10.30 belum saat makan siang jadi suasana masih sepi. Pengunjung boleh pilih duduk di sofa atau bersila di rumah panggung kayu yang artistik. Menu mulai dari nasi goreng kambing hingga mie ayam dengan harga yang sesuai untuk kantong mahasiswa yang tinggal di sekitar kampus. Kita pesan mie ayam cah jamur, mie ayam pedas, ayam bakar plus 3 teh panas. Habis makan kita check bill untuk mie ayam seharga 6.000 (masih murahhhhh...) pas kita check teh panas @ 4.000 !!! (lain kali bawa minum mineral sendiri kaleee...). Tapi semua itu terbayar dengan pelayan yang  funky, suasana yang cozy, musik yang lembut, free WIFI, pemandangan dari lantai 2 yang mengesankan. Lain kali coba menu nasi goreng kambing ahhh .....tapi tanpa teh panas........
lokasi bisa dilihat DISINI